Total Tayangan Halaman

Sabtu, 21 Agustus 2010

Gempa Bumi Indonesia

16 Oktober 2009




oleh Seseorang ber-Nomor Induk Siswa Nasional 9928054605



Gempa adalah sentakan asli pada kerak bumi sebagai gejala pengiring dari aktivitas tektonisme, vulkanisme, maupun runtuhan bagian bumi secara lokal. Pada waktu gempa itu terjadi, bumi bergetar dan tempat kita berada mengalami guncangan, baik ke samping maupun ke atas.



Gempa bumi yang bersumber di bawah laut dapat menimbulkan gelombang laut tinggi, yang disebut tsunami. Jika bagian dasar laut naik atau turun secara mendadak, air di atasnya mengalami guncangan yang berupa gelombang-gelombang yang dipancarkan ke seluruh arah. Kecepatan gelombang ini bergantung pada dalamnya dasar laut dan gaya gravitasi Bumi.



Indonesia merupakan daerah gempa yang dipengaruhi oleh tiga buah lempengan yang saling bertemu. Lempeng Eurasia bergerak ke arah selatan-tenggara dan Lempeng Samudera Indonesia-Australia bergerak ke arah utara. Dua lempeng ini bertemu di parit (palung) luar Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, dan Nusa Tenggara. Mulai dari parit itu, Lempeng Samudera Indonesia-Australia merambat terus ke utara di bawah Lempeng Eurasia. Bidang pergeseran antara dua lempeng yang miring tersebut merambat jauh ke utara hingga di bawah Laut Jawa yang dangkal. Bidang pergeseran yang miring itu disebut daerah Seismik Benioff. Lempengan Pasifik yang bergerak ke arah barat menimbulkan aktivitas gempa di daerah Minahasa, Maluku, dan Irian Jaya (Papua) bagian utara.



Dengan adanya daerah Benioff di bawah Pulau Jawa, pada umumnya gempa dangkal terjadi di daerah sekitar parit luar Pantai Selatan Jawa. Gempa menengah terdapat sepanjang Pulau Jawa, khususnya sepanjang Jawa bagian Selatan, sedangkan gempa dalam terdapat di Laut Jawa (dalamnya mencapai 641 km).



Di Indonesia aktivitas tektonik banyak sekali. Oleh karena itu, Indonesia merupakan daerah kaya gempa bumi. Jika suatu patahan diketahui aktif, maka di daerah sekitar patahan tadi akan banyak dirasakan gempa bumi. Patahan-patahan aktif yang ada di Indonesia antara lain patahan barisan besar di Sumatera, patahan-patahan kecil di Jawa bagian Selatan, di Nusa Tenggara dan di Maluku. Selanjutnya, patahan Palu dan Gorontalo di Sulawesi, patahan Sorong di Irian Jaya (Papua) bagian utara, dan patahan di Laut Maluku ke arah Filipina.



Sebagian besar dari gempa bumi di Indonesia bersumber di laut dan disebut gempa bumi laut yang dapat menimbulkan tsunami. Hanya sebagian dari gempa di Indonesia bersumber dari daratan yang disebut gempa bumi darat. Gempa bumi Padang Panjang (1926) adalah salah satu gempa bumi darat yang besar. Gempa tersebut tercatat oleh seismograf di Jakarta, bahkan oleh stasiun seismik seluruh dunia.



Gempa bumi Padang Panjang di Sumatera Barat terjadi pada 28 Juni 1926. Gempa ini kali pertama mengguncang sekitar pukul 10.23 WIB yang bersumber pada letak lintang 0,7 LS dan 100,6 BT. Gempa pertama ini dirasakan hingga Pulau Enggano, Singapura, dan Sibolga, kurang lebih pada jarak 560 km. Akibat yang ditimbulkannya adalah kerusakan hebat di daerah Payakumbuh, Bukittinggi, Padang, dan Solok. Gempa susulan pertama menimbulkan kerusakan di Padang Panjang dan daerah sekitarnya. Sekitar 393 rumah mengalami kerusakan berat, tanah retak hebat, dan rel kereta api bengkok.



Gempa hebat lainnya adalah peristiwa meletusnya Gunung Krakatau tahun 1883. Gunung Krakatau terletak di titik silang antara dua retakan, yaitu patahan di permukaan bumi. Retakan pertama memanjang dari Sumatera ke Jawa. Retakan kedua tegak lurus pada retakao tersebut. Sepanjang retakan kedua timbul Gunung Rajabasa di Sumatera, Pulau Sebeku, Pulau Sebesi, Gunung Krakatau, Pulau Panaitan, dan Gunung Payung di Jawa. Pada tahun 1883 di tempatnya Gunung Krakatau terdapat dua pulau kecil, yaitu Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Gunung api memulai kegiatannya pada 20 Mei 1883 dan pada tanggal 26-28 Agustus mencapai kegiatan yang tertinggi dan kemudian meletus.



Selama tanggal 26-28 Agustus, proses letusan berlangsung dengan hebat hingga jendela-jendela kaca di Kota Jakarta dan lampu gantung di Kota Bogor banyak yang pecah. Abu yang halus dapat mencapai ketinggian 50 km. Udara penuh abu halus hingga langit tampak kemerah-merahan seperti pada sore hari. Baru pada 1886, udara tampak normal kembali. Akibat letusan dan pemerosotan, timbul sebuah kaldera, yaitu sebuah kawah dengan jari-jari sepanjang 7 km dengan kedalaman 250 meter.



ANDRE SUNANTA / ANDRANTA ANGGRYAWAN - 070810003



Tulisan bersumber pada pengetahuan geografi yang gw miliki dan buku geografi SMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar